[FF] Psychopath Chapter 3

Chapter 3

(Melody)

            Malam ini sesuai rencana Soo Kyung tidak akan mencari mangsa untuk ia bunuh. Malam ini ia ingin beristirahat diatas kasur empuknya. Tapi entah kenapa ia sama sekali tak dapat memejamkan matanya, hingga tiba-tiba suara alunan denting piano menyeruak kedalam telinganya.

“Siapa malam-malam begini bermain piano?” Tanya Soo Kyung tepatnya pada dirinya sendiri. Ia berjalan mendekat kearah jendela kamarnya, ia yakin bahwa suara piano tersebut berasal dari rumah milik namja sialan itu.

Dan benar saja, saat Soo Kyung membuka tirai jendelanya ia melihat Leo yang sedang bermain piano dengan begitu indahnya. Seperkian detik Soo Kyung sempat mengagumi permainan piano Leo. Tunggu Soo Kyung mengagumi Leo. Hanya sebatas beberapa detik tadi ia mengagumi namja tersebut.

“Aish, mengganggu saja. Bagaimana aku bisa tidur jika seperti ini.” Soo Kyung menutup kembali tirai jendela kamarnya. Dan berjalan kearah ranjangnya itu, ia menutupi dirinya dengan selimut dan mencoba memejamkan matanya itu.

Namun, sayangnya ia tak dapat tidur dengan tenang. Soo Kyung menyibakan selimutnya, ia turun dari ranjang. Dan berjalan kearah pintu kamarnya, Soo Kyung benar-benar terganggu dengan suara piano yang dimainkan oleh Leo. Ya, Soo Kyung berniat memarahi namja yang sangat menyebalkan itu. Ia sudah berada di depan pintu rumah Leo, Soo Kyung menggedor pintu bercat coklat tersebut. Memang ada bel rumah, tapi ia lebih memilih untuk menggedor.

Beberapa menit kemudian pintu bercat tersebut tersebut terbuka, dan menampilkan sang pemilik rumah. Soo Kyung menghentikan aktivitas menggedor pintunya, ia menyilangkan kedua tangannya di dada.

“Wae?” Tanya Leo datar.

“Ya, kau ini mengganggu saja. Kenapa malam-malam bermain piano. Tidak taukah kau bahwa aku harus tidur. Tidur ku terusik karna permainan piano mu itu.” Ucap Soo Kyung panjang lebar.

“Geureseo?” Tanya Leo benar-benar datar. Ia sangat melas menanggapi yeoja yang cerewet yang ada dihadapannya saat ini.

“Geureseo? Seharusnya kau tidak memainkan piano mu itu. Neo arra?” Soo Kyung sedikit menaikkan nada suaranya. Emosinya memuncak karna namja yang ada didepannya ini hanya merespon nya dengan sangat datar.

“Arra. Sudah selesai bicaranya?” Tanya Leo, Soo Kyung hanya diam. Namun detik kemudian Leo menutup pintu rumahnya, tanpa menunggu jawaban dari Soo Kyung.

“Ya, aku belum selesai. Dasar namja menyebalkan.” Soo Kyung menendang pintu rumah Leo, dengan perasaan penuh emosi. Bahkan saat ia pulang pun, emosinya masih meluap.

***

“Dasar yeoja cerewet, mengganggu aktivitasku saja.” Ucap Leo, ia kembali duduk di depan pianonya. Ia ingin memainkannya lagi, tapi tiba-tiba saja ia mengurungkan niatnya itu.

Leo bangkit berdiri, ia berjalan kearah dapurnya. Ia mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkasnya, dan meminumnya hingga tersisa setengah bagian. Leo menaruh botol tersebut secara kasar, matanya berubah begitu tajam. Wajahnya yang datar berubah sedikit menakutkan.

Ponsel Leo tiba-tiba saja berdering pertanda ada panggilan masuk. Ia merogoh saku celananya, mengambil benda persegi panjang yang sedari tadi terus bordering. Setelah itu ia menempelkannya pada telinga kanannya.

“Yeobeoseyo?” Ucap Leo dengan wajah datarnya.

“Kau ingin aku melakukannya malam ini?” Tanya Leo dengan nada yang masih terdengar sangat datar.

“Arraseo, aku akan melakukannya. Kau tenang saja, kupastikan kau akan senang dengan hasil pekerjaanku.” Ucap Leo, setelah itu ia mengakhiri panggilan tersebut. Ia kembali meminum air mineralnya. Dan sekarang tak menyisakan apapun.

Leo berjalan meninggalkan dapurnya, dan menuju kearah kamarnya. Ia membuka lemari yang terdapat disana, mengeluarkan beberapa barang.

“Sepertinya mangsaku sedang menunggu kematiannya.” Ucap Leo, seringaian kecil mulai terlihat disudut bibirnya. Leo mengganti pakaiannya menjadi serba hitam, mulai dari celana, hoodie, masker dan juga topi hitam yang menghiasi kepalanya.

Leo membuka sebuah kotak persegi panjang, ia mengambil sebuah pisau kecil. Dan beberapa alat yang memang biasanya sudah ia bawa. Ia melirik jam dinding yang terpasang dikamarnya, jam sudah menunjukkan pukul 23.30 PM KST. Leo menyeringai, ia tidak boleh sampai terlambat. Setelah itu ia berjalan kearah pintu rumahnya, ia harus segera bergegas.

***

Seorang namja baru saja keluar dari rumahnya, ia berjalan kearah mobil yang tengah terpakir didepan pintu rumahnya. Nampaknya namja tersebut akan pergi kesuatu tempat, terlihat sekali dari gerak-geriknya yang sangat terburu-buru. Namja tersebut menyalakan mesin mobilnya, namun sayangnya mobil berwarna abu-abu tersebut tak mau menyala.

Membuat sanga pemilik mobil tersebut harus turun dari mobil, dan mengecek mesin mobilnya. Sangat disayangkan bahwa mobil mewah tersebut harus mogok. Raut wajah namja tersebut berubah menjadi sebal, ia bahkan menendang ban mobilnya dengan penuh emosi.

Tiba-tiba saja ponsel namja tersebut berdering, pertanda ada sebuah panggilan masuk. Ia merogoh saku jasnya, setelah mendapati benda persegi panjang tersebut. Namja itu langsung menempelkannya pada telinga kanannya.

“Yeobeoseyo?” Ucap namja tersebut. Tak ada tanggapan dari seberang telepon.

“Yeobeoseyo?” Ucap namja itu sekali lagi. Namun tak ada tanggapan, namja tersebut ingin memutuskan panggilan tersebut. Tapi, tiba-tiba saja terdengar suara alunan piano. Yang jika didengar sangat menyanyat hati. Namja tersebut kembali menempelkan ponselnya.

“Apakah ada seseorang disebarang sana?” Tanya namja tersebut, taka da respon hanya terdengar dentingan piano yang terdengar sangat nyaring. Sampai-sampai ia menjauhkan ponselnya.

Disisi lain Leo tengah berdiri dibalik pohon. Ia menyeringai puas, sepertinya mangsanya sudah masuk dalam perangkapnya. Ya, Leo memasang sebuah perangkap dimana mangsanya akan masuk kedalam sebuah melody yang membawa pada kematian.

Tangan kanan Leo yang sedari tadi menggenggam ponselnya. Akhirnya ia masukkan kembali kedalam saku hoodienya. Sepertinya permainan melodynya telah berakhir, Leo masih mengamati mangsanya. Yang sekarang sepertinya berniat untuk menghidupkan mesin mobilnya yang sempat mati. Dan akhirnya mobil tersebut bisa menyala, Leo yang melihat itu pun hanya dapat memperlihatkan evil smirknya.

“Sepertinya kau ingin segera mati.” Ucap Leo, ia mengambil sebuah boneka kecil dan juga pisau yang ia bawa tadi. Voodoo Doll, ya Leo menggunkan benda itu sebagai media untuk membunuh. Ya, meskipun ia seorang pembunuh ia tidak ingin mengotori tangannya dengan darah-darah kotor dari para mangsanya.

Namja tersebut mengemudikan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Entah apa yang mulai merasuki pikiran namja tersebut, tiba-tiba saja ia merasakan sakit pada bagian telinganya. Yang membuat konsentrasi menyetirnya sedikit tidak terfokuskan.

“Arghh, kenapa telinga ku begitu sakit.” Teriak namja tersebut. Bukan hanya telinganya, namun kepala, dan seluruh tubuhnya terasa sakit.

Karna namja tersebut tak terlalu focus mengendarai mobilnya, sampai-sampai mobil ia yang kendarai keluar garis perbatasan dan masuk kedalam jurang.

Leo menghentikan aktivitasnya yang sedari tadi menusuk-nusuk boneka yang ia pegang. Dan seringaian nya mulai muncul disudut bibirnya.

“Akhir yang menyedihkan.” Ucap Leo. Setelah itu ia berjalan menjauhi rumah namja yang sekarang sudah mati itu.

***

Seperti biasa pagi ini Soo Kyung berangkat ke kampus. Tapi yang tidak biasa adalah namja yang menjadi tetangganya sekaligus teman satu kampusnya itu. Soo Kyung membuka pintu gerbangnya dengan cepat, ia tidak mau jika harus pergi bersama dengan namja menyebalkan itu. Tapi sepertinya Tuhan tak mengabulkan doanya, Leo baru saja keluar dari dalam rumahnya. Dan berjalan menuju pintu gerbangnya.

Leo bergegas berangkat kuliah, ia tidak ingin jika ia kebetulan bertemu dengan yeoja cerewet itu. Akan ada banyak keributan yang akan terjadi. Namun, sepertinya Tuhan berkehendak lain. Saat Leo menutup pintu rumahnya, ia melihat Soo Kyung yang baru saja keluar dari pintu gerbang rumahnya itu. Mau tidak mau mereka akan berangkat secara bersama, karna pukul mungkin sudah menunjukkan tanda-tanda kelas akan segera dimulai.

Soo Kyung terduduk dihalte, ia menyadari kedatangan Leo. Tapi, ia pura-pura tak mengenal namja tersebut. Hingga pada akhirnya sebuah bis berhenti didepan halte, Soo Kyung langsung beranjak dari posisinya. Ia ingin segera masuk kedalam bus, Leo berjalan dibelakang Soo Kyung. Mereka berdua speerti orang yang tak saling kenal, taka da yang menyapa satu sama lain. Soo Kyung duduk dibangku yang kosong begitu pula dengan Leo.

Sampai pada akhirnya bus berhenti tepat dihalte dekat kampus mereka. Saat keluar dari dalam buspun, Soo Kyung buru-buru keluar. Leo hanya memandangi Soo Kyung dengan tatapan datar, tidak terlalu menghiraukan kepergian yeoja tersebut.

Saat sampai didalam kelaspun Soo Kyung segera duduk dibangkunya, namun ia dikejutkan dengan beberapa coretan diatas mejanya. Coretan tersebut berupa sindiran ataupun hinaan, tidak tahan dengan apa yang ia lihat. Soo Kyungpun berjalan kearah meja yang berada didepan, Soo Kyung menggebrak meja tersebut yang membuat sang pemilik meja merasa sebal.

“Yaa, apa yang kau lakukan?” Teriak sang pemilik meja. Namun Soo Kyung hanya diam, ia hanya menatap sang pemilik meja yang notabanenya seorang yeoja.

“Ciih, jaukan tatapan mu itu yeoja jalang.” Ucap yeoja tersebut. Merasa terhina, Soo Kyung pun menampar pipi nan putih tersebut dengan sangat kasar. Hingga sudut bibir yeoja tersebut mengeluarkan sebuah cairan kental berwarna merah.

“Berani-beraninya kau menamparku. Apa kau tahu aku ini siapa?” Yeoja tersebut naik pitam. Ia benar-benar marah dengan perbuatan yang dilakukan oleh Baek Soo Kyung. Soo Kyung hanya menarik ujung bibirnya hingga membentuk sebuah smirk. Soo Kyung mendekatkan dirinya kearah yeoja tersebut.

“Neo? Aku tahu siapa kau, kau adalah putri dari pemilik saham terbesar disekolah ini kan?” Tanya Soo Kyung, ia terus mendekatkan dirinya. Yeoja tersebut terus melangkah mundur, seluruh isi kelas tersebut mulai menfokuskan diri melihat pertengkaran dua yeoja tersebut.

“Eoh, kau juga cukup popular dikampus ini bukan? Ah, kau juga pernah memenangkan sebuah lomba menyanyi tingkat nasional juga. Kau juga orang terpandang, yang bergelimang harta. Sepertinya kau memiliki semuanya, semua yang tidak dimiliki orang lain. Tapi satu yang tidak kau miliki, yaitu hati nurani. Kau tau hati nuranimu itu sungguh busuk?”

“Yaa…” Yeoja tersebut berteriak tepat didepan wajah Soo Kyung.

“Wae? Bukankah benar yang ku ucapkan, nona Kim?”

“Ya, jaga semua ucapanmu itu. Apa kau tidak takut, eoh? Aku bisa saja melaporkan semua tindakanmu ini, dank au akan dikeluarkan dari sekolah ini.” Ancam yeoja bermarga Kim tersebut, lengkapnya Kim Min Young.

“Silahkan saja kau laporkan, aku tidak akan pernah takut.” Ucap Soo Kyung nada suaranya terdengar dingin dan angkuh. Ia berjalan meninggalkan Kim Min Young, dan ia kembali berjalan menuju bangkunya.

Yeoja bernama Kim Min Young tersebut masih merasa gemetaran, ia merasa geram sekarang. Setelah itu ia berjalan keluar meninggalkan kelas tersebut.

Jung Leo, ia sudah sampai dikelasnya beberapa menit yang lalu. Tapi apa yang ia lakukan, ia malah berdiri di pintu masuk kelas. Ya, sedari tadi ia hanya asyik menyaksikan sebuah tontonan yang menurutnya sangat disayangkan jika tidak dilihat.

“Baek Soo Kyung, sepertinya kau memiliki aura seorang pembunuh.” Batin Leo sebelum akhirnya ia berjalan mendekat kearah bangkunya.

***

Bel istirahatpun berbunyi, membuat semua yang berada didalam kelas berhamburan keluar. Tapi tidak dengan yeoja bermarga Baek tersebut, ya setiap bel istirahat ia akan selau berada didalam kelas kalau tidak begitu ia akan pergi keatap sekolah.

“Kau tidak ke kantin?” Tanya teman sebangku Soo Kyung, tepatnya Jung Taek Woon.

“Tck, apa pedulimu.” Jawab Soo Kyung sedikit dingin. Ia lalu beranjak dari posisinya dan berjalan meninggalkan Leo yang masih sedikit bingun dengan sikap yeoja tersebut.

“Dasar yeoja menyebalkan.” Gerutu Leo, merasa penasaran kemana perginya yeoja tersebut. Akhirnya Leo mengikuti Soo Kyung secara diam-diam, entah mengapa Leo sedikit tertarik dengan kepribadian yeoja tersebut.

Hingga pada akhirnya Leo sampai diatap gedung sekolah. Leo melihat Soo Kyung sedang duduk disalah satu bangku yang memang disediakan disana. Sepertinya Soo Kyung sedang membuat sebuah sketch, sampai-sampai ia tidak sadar jika Leo sudah berada dibelakangnya.

“Serius sekali.” Ucap Leo, yang membuat Soo Kyung sedikit terkejut. Leo duduk disebelah Soo Kyung, merasa ada yang aneh Soo Kyung menyembunyikan hasil sketchnya. Tidak ingin jika Leo mengetahuinya.

“Kau menggambar apa?” Tanya Leo penasaran. Soo Kyung hanya diam, ia tak mau menjawab pertanyaan Leo tersebut.

“Yak, kenapa tak menjawab?” Tanya Leo sekali lagi. Namun tak ada jawaban dari Soo Kyung, membuat Leo semakin penasaran. Hingga akhirnya ia mencoba mengambil buku sketch yang disembunyikan oleh Soo Kyung. Soo Kyung dapat membaca pikiran Leo, ia bangkit berdiri mencoba menjauhkan buku sketchnya dari namja tersebut.

“Andwae, kenapa kau begitu penasaran sekali eoh?” Tanya Soo Kyung, ia terus berjalan kebelakang. Namun, Leo yang sudah sangat penasaran terus saja berjalan dan mencoba mengambil buku sketch tersebut.

Hingga pada akhirnya Soo Kyung kehilangan keseimbangan dan dia hamper saja jatuh kebelakang. Namun Leo yang dengan sigapnya menarik tangan Soo Kyung, yang membuat mereka malah jath berdua. Dengan posisi Leo berada dibawah Soo Kyung.

“Kenapa tidak sakit?” Batin Soo Kyung, hingga akhirnya ia menyadari sesuatu. Soo Kyung mengangkat kepalanya dan melihat Leo yang sedang berada dibawahnya.

“Aish, kenapa kau ceroboh sekali. Kau hampir terjatuh tadi jika tidak ku tolong.” Ucap Leo, Soo Kyung hanya diam. Karna saat ini wajahnya hanya beberapa centi saja dengan wajah Leo. Mereka sempat saling berpandangan selama beberapa menit, sampai akhirnya mereka tersadar dan mengubah posisi mereka.

Mereka diselimuti rasa canggung, tak ada suara dari keduanya. Hingga Soo Kyung beranjak dari tempat itu tanpa mengucapkan sepatah kata kepada Leo. Leo akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tempat itu juga dan kembali ke kelasnya, karna pelajaran sudah dimulai beberapa menit yang lalu.

Sesampainya dikelas Leo melihat Kim saem yang sedang memarahi Soo Kyung. Leopun masuk kedalam kelas, ia tahu jika akan dimarahi sama seperti Soo Kyung. Ya, mungkin saja jika ia tidak merebut buku sketch milik Soo Kyung kejadian seperti ini tidak akan terjadi.

“Yaa, Jung Taek Woon dari mana saja kau?” Tanya Kim saem dengan nada hrorrornya.

“Mian saem, aku tertidur ditaman belakang sekolah.” Bohong Leo.

“Kau fikir ini hotel-eoh? Kalian berdua saya hukum berlari keliling lapangan sebanyak 25 kali.” Perintah Kim saem kepada Leo dan Soo Kyung. Tanpa ada tolakan mereka pun keluar dari dalam kelas dan berjalan menuju lapangan.

Tak ada kata yang keluar dari keduanya. Entah apa yang sedang mereka pikirkan, yang jelas saat ini mereka harus menyelesaikan hukuman mereka.

***

Bumi berotasi begitu cepat cahaya rembulan begitu cerah malam ini, namun siapa sangkah jika dicerahnya rembulan kau harus terbunuh.

Baek Soo Kyung ia sudah siap dengan mangsanya. Siapa lagi jika kalau bukan Kim Min Young, yeoja arogan yang begitu sombong. Soo Kyung sudah menyiapkan semua alat yang akan digunakannya. Dan ia akan bergegas menuju tempat mangsanya, Soo Kyung melirik jam dinding yang terletak didapur rumahnya yang dimana sudah menunjukan pukul 23.35.

Sepertinya ia harus cepat berangkat, mengingat waktu sudah hampir tengah malam. Soo Kyung keluar dari rumahnya, ia berjalan menuju pagar rumah berwarna putih tulang itu. Ia  berjalan dengan sangat hati-hati, tak ingin ada seseorang yang melihatnya.

Disisi lain, Leo sedang memutar-mutar ponselnya. Entah kenapa pikirannya penuh dengan yeoja tersebut. Leo memikirkan tentang sketsa yang dibuat oleh Soo Kyung, jujur saja sebenarnya ia sudah mengetahui apa yang dibuat oleh yeoja tersebut. Tapi, ia masih belum percaya ada orang yang sama sepertinya.

“Apa dia akan melakukannya malam ini?” Tanya Leo tepatnya pada dirinya sendiri. Tiba-tiba saja ia menangkap bayangan seseorang dari balik kaca jendelanya. Dan Leo yakini bahwa seseorang tersebut adalah Baek Soo Kyung. Tanpa pikir panjangpun, Leo menyambar mantel hitam beserta topi hitamnya. Ia berniat akan mengikuti Soo Kyung.

Leo terus mengikuti kemanapun langkah Soo Kyung berjalan, tanpa sepengetahuan Soo Kyung. Hingga akhirnya langkahnya terhenti disebuah bangunan rumah yang cukup mewah. Leo yang berada cukup jauh dari Soo Kyung, hanya dapat melihat apa yang akan dilakukan oleh yeoja tersebut.

“Apa dia akan melakukannya ditempat ini?” batin Leo, ia sempat terkejut saat Soo Kyung dengan handalnya memanjat pagar besi yang cukup tinggi tersebut.

“Yeoja itu, ia tidak melihat bahayanya tempat ini.” Ucap Leo, ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ia sedikit melacak sebuah nomor telepon, setelah itu ia membuat sebuah panggilan suara.

“Yeoboseyo…” terdengar suara seorang yeoja dari seberang teleponnya, tanpa pikir panjang Leo memulai aksinya. Sepertinya yang dilakukannya beberapa hari yang lalu, setelah itu terdengar nada sambungan terputus dari telepon tersebut. Dan seringaian kecilpun terlukis dibibirnya. Leo beranjak dari posisinya, dan kembali kerumahnya.

Soo Kyung baru saja berhasil memasuki jendela kamar milik Kim Min Young, tanpa ada satu orangpun yang tahu. Soo Kyung mencari keberadaan mangsanya, yang ternyata tidak ada ditempat tidurnya. Ia membuka pintu kamar mandi yang ada dikamar tersebut. Dan betapa terkejutnya Soo Kyung saat melihat Min Young tak sadarkan diri, dengan darah yang keluar dari kepalanya. Soo Kyung tak percaya bahwa mangsanya sudah meninggal sebelum ia membunuhnya.

***

Berita kematian Kim Min Youngpun menyebar keseluruh kampus. Soo Kyung hanya dapat mendengar semua itu, ia merasa ada sesuatu yang aneh atas kematian Min Young. Bahkan itu bukan karna ulahnya.

“Wah, berita kematian memang cepat menyebarnya. Bukan begitu Soo Kyung-ah?”

“Eoh?”

“Aish, kau kenapa? Neo appo?”

“Anni, gwaenchana Ravi-ah.” Setelah berkata dengan Ravi, Soo Kyungpun berjalan mendahului Ravi. Ravi hanya menggelengkan kepalanya saja, ia sudah terlalu biasa akan sikap Soo Kyung.

“Siapa yang tahu jika seseorang meninggal hanya mendengar sebuah melody.” Tiba-tiba saja Leo sudah ada disamping Soo Kyung. Soo Kyung hanya memiringkan kepalanya, ia tidak begitu paham dengan maksud ucapan Leo. Tapi, ia juga tidak berniat menanyakannya.

 

maaf ya mimin telat uploadnya. mimin lagi sibuk, jadi nggak sempet  ngupdate. chapter 4 masih tahap pengetikan,untuk readers yang mapir mohon tinggalkan jejaknya. kamsahamnida